Halaman

news

Kegiatan sekolah para siswa yang menjadi korban akibat bencana Merapi berangsur normal. Seperti terlihat di Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali, sekolah mulai kembali difungsikan meski beberapa sekolah masih bergabung dengan posko pengungsian.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, Sunardi, menjelaskan, sebagian besar sekolah di Klaten sudah berfungsi seperti sediakala. Menurut dia, hanya sepuluh sekolah yang belum melakukan kegiatan.

Pasalnya, ujar Sunardi, sekolah tersebut masih berada di luar batas aman baru yang ditetapkan oleh pemerintah. "Kebanyakan ada di Kemalang," ujar Sunardi saat dihubungi Republika, Senin (15/11).

Meski demikian, Sunardi mengaku banyak di antara sekolah tersebut yang masih berfungsi sebagai posko pengungsian. Menurut dia, hal tersebut masih dapat ditoleransi sepanjang para pengungsi tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar. "(Posko) tetap berfungsi lagi seperti di halaman atau lapangan sekolah," tambah dia.

Sementara itu, Ketua Posko Pengendali Kabupaten Boyolali, Syamsudin, menjelaskan, banyak sekolah yang tadinya merupakan posko pengungsi sudah berfungsi sediakala. Gedung-gedung sekolah baik negeri dan swasta, ujarnya, sudah berfungsi seperti sediakala untuk proses kegiatan belajar mengajar. ''Hal tersebut dapat terlihat dari adanya pengurangan titik pengungsi dari 68 titik ke 32 titik pengungsi,'' jelasnya.

Pantauan Republika, beberapa sekolah di Kabupaten Magelang sudah menjalankan aktivitas seperti semula. Salah satu sekolah, SMPN 2 Salam, Magelang, terlihat sudah memulai proses belajar mengajar. Kepala Sekolah SMPN 2 Salam, Magelang, H Bakrodin, menjelaskan aktivitas sekolah dimulai Senin (15/11) ini. Namun, Bakrodin mengaku aktivitas sekolah belum dapat maksimal karena warga sekolah masih harus membersihkan sekolah dari pasir dan lumpur akibat erupsi Gunung Merapi.

Lebih lanjut, Bakrodin menjelaskan, masih terdapat 240 warga Srumbung yang mengungsi di sekolahnya. Ia mengaku tidak ada masalah dengan keberadaan pengungsi selain soal kebersihan. Selain itu, ungkapnya, SMPN 2 Salam menyertakan para pengungsi yang merupakan siswa SMP ikut belajar di kelas. "Yang penting belajar. Untuk evaluasi, di sekolah masing-masing," jelasnya.